Aku Linda, mahasiswi hukum Universitas Pajajaran. Semenjak dua tahun
yang lalu, saat diterima kuliah di Universitas Pajajaran, aku tinggal di
Bandung. Aku berasal dari Sukabumi, ayahku berasal dari Bandung,
sedangkan ibuku asli Sukabumi. Mereka tinggal di Sukabumi. Cerita ini
menceritakan kisahku yang terjadi saat aku kelas 1 SMA di Sukabumi yang
terus berlanjut sampai aku kuliah sekarang.
Aku anak yang paling tua dari dua bersaudara. Aku mempunyai satu adik
laki-laki. Umurku berbeda 2 tahun dengan adik. Kami sangat dimanja oleh
orang tua kami, sehingga tingkahku yang tomboy dan suka maksa pun tidak
dilarang oleh mereka. Begitupun dengan adikku yang tidak mau disunat
walaupun dia sudah kelas 2 SMP.
Waktu kecil, aku sering mandi bersama bersama adikku, tetapi sejak dia
masuk SD, kami tidak pernah mandi bersama lagi. Walaupun begitu, aku
masih ingat betapa kecil dan keriputnya penis seorang cowok. Sejak saat
itu, aku tidak pernah melihat lagi penis cowok. Sampai suatu ketika,
pada hari senin sore, aku sedang asyik telpon dengan teman cewekku. Aku
telpon berjam-jam, kadang tawa keluar dari mulutku, kadang kami serius
bicara tentang sesuatu, sampai akhirnya aku rasakan kandung kemihku
penuh sekali. Aku kebelet pipis. Benar-benar kebelet pipis, sudah di
ujung lah. Cepat-cepat kuletakkan gagang telpon tanpa permisi dulu sama
temanku. Aku berlari menuju ke kamar mandi terdekat. Ketika kudorong
ternyata sedang dikunci.
“Hey..! Siapa di dalam..? Buka dong..! Udah nggak tahan..!” aku berteriak sambil menggedor-gedor pintu.
“Akuu..! Tunggu sebentar..!” ternyata adikku yang di dalam. Terdengar suaranya dari dalam.
“Nggak bisa nunggu..! Cepetan..!” kataku memaksa.
Gila, aku benar-benar sudah tidak kuat menahan ingin pipis.
“Kreekk..!” terbuka sedikit pintu kamar mandi, kepala adikku muncul dari celahnya.
“Ada apa sih..?” katanya.
Tanpa menjawab pertanyaannya, aku langsung nyerobot ke dalam karena
sudah tidak tahan. Langsung aku jongkok, menaikkan rokku dan membuka
celana dalamku.
“Serrrr…” keluar air seni dari vaginaku.
Kulihat adikku yang berdiri di depanku, badannya masih telanjang bulat.
“Wooiiyyy..! Sopan dikit napa..?” teriaknya sambil melotot tetap berdiri di depanku.
“Sebentarrr..! Udah nggak kuat nih,” kataku.
Sebenarnya aku tidak mau menurunkan pandangan mataku ke bawah. Tetapi sialnya, turun juga. Kelihatan deh burungnya.
“Hihihihi..! Masih keriput kayak dulu, cuma sekarang agak gede dikitlah…” gumanku dalam hati.
Aku takut tertangkap basah melihat penisnya, cepat-cepat kunaikkan lagi
mataku melihat ke matanya. Eh, ternyata dia sudah tidak melihat ke
mataku lagi. Sialan..! Dia lihat vaginaku yang lagi mekar sedang pipis.
Cepat-cepat kutekan sekuat tenaga otot di vaginaku biar cepat selesai
pipisnya. Tidak sengaja, kelihatan lagi burungnya yang masih belum
disunat itu. Sekarang penisnya kok pelan-pelan semakin gemuk. Makin naik
sedikit demi sedikit, tapi masih kelihatan lemas dengan kulupnya masih
menutupi helm penisnya.
“Sialan nih adikku. Malah ngeliatin lagi, mana belum habis nih air kencing..!” aku bersungut dalam hati.
“Oooo..! Kayak gitu ya Teh..?” katanya sambil tetap melihat ke vaginaku.
“Eh kurang ajar Lu ya..!” langsung saja aku berdiri mengambil gayung dan kulemparkan ke kepalanya.
“Bletak..!” kepala adikku memang kena pukul, tetapi hasilnya air kencingku kemana-mana, mengenai rok dan celana dalamku.
“Ya… basah deh rok Teteh…” kataku melihat ke rok dan celana dalamku.
“Syukurin..! Makanya jangan masuk seenaknya..!” katanya sambil mengambil gayung dari tanganku.
“Mandi lagi ahh..!” lanjutnya sambil menyiduk air dan menyiram badannya.
Terus dia mengambil sabun dan mengusap sabun itu ke badannya.
“Waduh.., sialan nih adik..!” sungutku dalam hati.
Waktu itu aku bingung mau gimana nih. Mau keluar, tapi aku jijik pake
rok dan celana dalam yang basah itu. Akhirnya kuputuskan untuk buka
celana dalam dan rokku, lalu pinjam handuk adikku dulu. Setelah salin,
baru kukembalikan handuknya.
“Udah.., pake aja handuk Aku..!” kata adikku.
Sepertinya dia mengetahui kebingunganku. Kelihatan penisnya mengkerut lagi.
“Jadi lucu lagi gitu..! Hihihi..!” batinku.
Aku lalu membuka celana dalamku yang warnanya merah muda, lalu rokku.
Kelihatan lagi deh vaginaku. Aku takut adikku melihatku dalam keadan
seperti itu. Jadi kulihat adikku. Eh sialan, dia memang memperhatikan
aku yang tanpa celana.
“Teh..! Memek tu emang gemuk kayak gitu ya..? Hehehe..!” katanya sambil nyengir.
Sialan, dia menghina vaginaku, “Iya..!” kataku sewot. “Daripada culun kayak punya Kamu..!” kataku sambil memukul bahu adikku.
Eh tiba-tiba dia berkelit, “Eitt..!” katanya.
Karena aku memukul dengan sekuat tenaga, akhirnya aku terpeleset. Punggungku jatuh ke tubuhnya. Kena deh pantatku ke penisnya.
“Iiihhh.., rasanya geli banget..!” cepat-cepat kutarik tubuhku sambil bersungut, “Huh..! Elo sih..!”
“Teh.. kata Teteh tadi culun, kalau kayak gini culun nggak..?” katanya mengacuhkan omonganku sambil menunjuk ke penisnya.
Kulihat penisnya mulai lagi seperti tadi, pelan-pelan semakin gemuk, makin tegak ke arah depan.
“Ya.. gitu doang..! Masih kayak anak SD ya..?” kataku mengejek dia.
Padahal aku kaget juga, ukurannya bisa bertambah begitu jauh. Ingin juga
sih tahu sampai dimana bertambahnya. Iseng aku tanya, “Gedein lagi bisa
nggak..?” kataku sambil mencibir.
“Bisa..! Tapi Teteh harus bantu dikit dong..!” katanya lagi.
“Megangin ya..? Wekss.., ya nggak mau lah..!” cibirku.
“Bukan..! Teteh taruh ludah aja di atas tititku..!” jawabnya.
Karena penasaran ingin melihat penis cowok kalau lagi penuh, kucoba ikuti perkataan dia.
“Gitu doang kan..? Mau Teteh ngeludahin Kamu mah. Dari dulu Teteh pengen ngeludahin Kamu”"Asyiiikkk..!” katanya.
Sialan nih adikku, aku dikerjain. Kudekatkan kepalaku ke arah penisnya,
lalu aku mengumpulkan air ludahku. Tapi belum juga aku membuang ludahku,
kulihat penisnya sudah bergerak, kelihatan penisnya naik sedikit demi
sedikit. Diameternya makin lama semakin besar, jadi kelihatan semakin
gemuk. Dan panjangnya juga bertambah. Asyiik banget melihatnya. Geli di
sekujur tubuh melihat itu semua. Tidak lama kepala penisnya mulai
kelihatan di antara kulupnya. Perlahan-lahan mendesak ingin keluar.
Wahh..! Bukan main perasaan senangku waktu itu. Aku benar-benar asyik
melihat helm itu perlahan muncul. Seperti penyanyi utama yang baru
muncul di atas panggung setelah ditunggu oleh fans-nya.
Akhirnya bebas juga kepala penis itu dari halangan kulupnya. Penis
adikku sudah tegang sekali. Menunjuk ke arahku. Warnanya kini lebih
merah. Aku jadi terangsang melihatnya. Kualihkan pandangan ke adikku.
“Hehe…” dia ke arahku. “Masih culun nggak..?” katanya lagi. “Hehe..! Macho kan..!” katanya tetap tersenyum.
Tangannya tiba-tiba turun menuju ke selangkanganku. Walaupun aku terangsang, tentu saja aku tepis tangan itu.
“Apaan sih Elo..!” kubuang tangannya ke kanan.
“Teh..! Please Tehhh.. Pegang aja Teh… Nggak akan diapa-apain… Aku
pengen tahu rasanya megang itu-nya cewek. Cuma itu aja Teh..” kata
adikku, kembali tangannya mendekati selangkanganku.
Waduuhh.. sebenarnya aku mau jaga image, masa mau sih sama adik sendiri,
tapi aku juga ingin tahu bagaimana rasanya dipegang oleh cowok di
vagina.
“Inget..! Jangan digesek-gesekin, taruh aja tanganmu di situ..!” akhirnya aku mengiyakan. Deg-degan juga hati ini.
Tangan adikku lalu mendekat, bulu kemaluanku sudah tersentuh oleh
tangannya. Ihh geli sekali… Aku lihat penisnya sudah keras sekali, kini
warnanya lebih kehitaman dibanding dengan sebelumnya. Uuppss… Hangatnya
tangan sudah terasa melingkupi vaginaku. Geli sekali rasanya saat bibir
vaginaku tersentuh telapak tangannya. Geli-geli nikmat di syaraf
vaginaku. Aku jadi semakin terangsang sehingga tanpa dapat ditahan,
vaginaku mengeluarkan cairan.
“Hihihi.. Teteh terangsang ya..?”
“Enak aja… sama Kamu mah mana bisa terangsang..!” jawabku sambil merapatkan selangkanganku agar cairannya tidak semakin keluar.
“Ini basah banget apaan Teh..?”
“Itu sisa air kencing Teteh tahuuu..!” kataku berbohong padanya.
“Teh… memek tu anget, empuk dan basah ya..?”
“Tau ah… Udah belum..?” aku berlagak sepertinya aku menginginkan situasi
itu berhenti, padahal sebenarnya aku ingin tangan itu tetap berada di
situ, bahkan kalau bisa mulai bergerak menggesek bibir vaginaku.
“Teh… gesek-gesek dikit ya..?” pintanya.
“Tuh kan..? Katanya cuma pegang aja..!” aku pura-pura tidak mau.
“Dikit aja Teh… Please..!”
“Terserah Kamu aja deh..!” aku mengiyakan dengan nada malas-malasan, padahal mau banget tuh. Hihihi.. Habis enak sih…
Tangan adikku lalu makin masuk ke dalam, terasa bibir vaginaku terbawa juga ke dalam.
Ouughh..! Hampir saja kata-kata itu keluar dari bibirku. Rasanya nikmat
sekali. Otot di dalam vaginaku mulai terasa berdenyut. Lalu tangannya
ditarik lagi, bibir vaginaku ikut tertarik lagi.
“Ouughh..!” akhirnya keluar juga desahan nafasku menahan rasa nikmat di vaginaku.
Badanku terasa limbung, bahuku condong ke depan. Karena takut jatuh, aku bertumpu pada bahu adikku.
“Enak ya Tehh..?”
“Heeh..,” jawabku sambil memejamkan mata.
Tangan adikku lalu mulai maju dan mundur, kadang klitorisku tersentuh
oleh telapak tangannya. Tiap tersentuh rasanya nikmat luar biasa, badan
ini akan tersentak ke depan.
“Tehh..! Adek juga pengen ngerasaain enaknya dong..!”
“Kamu mau diapain..?” jawabku lalu membuka mata dan melihat ke arahnya.
“Ya pegang-pegangin juga..!” katanya sambil tangan satunya lalu menuntun tanganku ke arah penisnya.
Kupikir egois juga jika aku tidak mengikuti keinginannya. Kubiarkan
tangannya menuntun tanganku. Terasa hangat penisnya di genggaman tangan
ini. Kadang terasa kedutan di dalamnya. Karena masih ada sabun di
penisnya, dengan mudah aku bisa memaju-mundurkan tanganku mengocok
penisnya.
Kulihat tubuh adikku kadang-kadang tersentak ke depan saat tanganku
sampai ke pangkal penisnya. Kami berhadapan dengan satu tangan saling
memegang kemaluan dan tangan satunya memegang bahu.
Tiba-tiba dia berkata, “Teh..! Titit Adek sama memek Teteh digesekin aja yah..!”
“Heeh” aku langsung mengiyakan karena aku sudah tidak tahan menahan rangsangan di dalam tubuh.
Lalu dia melepas tangannya dari vaginaku, memajukan badannya dan
memasukkan penisnya di antara selangkanganku. Terasa hangatnya batang
penisnya di bibir vaginaku. Lalu dia memaju-mundurkan pinggulnya untuk
menggesekkan penisnya dengan vaginaku.
“Ouughhh..!” aku kini tidak malu-malu lagi mengeluarkan erangan.
“Dek… masukin aja..! Teteh udah nggak tahan..!” aku benar-benar sudah
tidak tahan, setelah sekian lama menerima rangsangan. Aku akhirnya
menghendaki sebuah penis masuk ke dalam vaginaku.
“Iya Teh..!”
Lalu dia menaikkan satu pahaku, dilingkarkan ke pinggangnya, dan tangan
satunya mengarahkan penisnya agar tepat masuk ke vaginaku.
Aku terlonjak ketika sebuah benda hangat masuk ke dalam kemaluanku.
Rasanya ingin berteriak sekuatnya untuk melampiaskan nikmat yang kurasa.
Akhirnya aku hanya bisa menggigit bibirku untuk menahan rasa nikmat
itu. Karena sudah dari tadi dirangsang, tidak lama kemudian aku
mengalami orgasme. Vaginaku rasanya seperti tersedot-sedot dan seluruh
syaraf di dalam tubuh berkontraksi.
“Ouuggggkkk..!” aku tidak kuat untuk tidak berteriak.
Kulihat adikku masih terus memaju-mundurkan pinggulnya dengan sekuat
tenaga. Tiba-tiba dia mendorong sekuat tenaga hingga badanku terdorong
sampai ke tembok.
“Ouughhh..!” katanya.
Pantatnya ditekannya lama sekali ke arah vaginaku. Lalu badannya
tersentak-sentak melengkung ke depan. Kurasakan cairan hangat di dalam
vaginaku.
Lama kami terdiam dalam posisi itu, kurasa penisnya masih penuh mengisi
vaginaku. Lalu dia mencium bibirku dan melumatnya. Kami berpagutan lama
sekali, basah keringat menyiram tubuh ini. Kami saling melumat bibir
lama sekali. Tangannya lalu meremas susuku dan memilin putingnya.
“Teh..! Teteh nungging, terus pegang bibir bathtub itu..!” tiba-tiba dia berkata.
“Wahh..! Gila Lu ya..!”
“Udah.., ikutin aja..!” katanya lagi.
Aku pun mengikuti petunjuknya. Aku berpegangan pada bathtub dan
menurunkan tubuh bagian atasku, sehingga batang kemaluannya sejajar
dengan pantatku. Aku tahu adikku bisa melihat dengan jelas vaginaku dari
belakang. Lalu dia mendekatiku dan memasukkan penisnya ke dalam
vaginaku dari belakang.
“Akkkhh..! Gila..!” aku menjerit saat penis itu masuk ke dalam rongga vaginaku.
Rasanya lebih nikmat dibanding sebelumnya. Rasa nikmat itu lebih
kurasakan karena tangan adikku yang bebas kini meremas-remas payudaraku.
Adikku terus memaju-mundurkan pantatnya sampai sekitar 10 menit ketika
kami hampir bersamaan mencapai orgasme. Aku rasakan lagi tembakan sperma
hangat membasahi rongga vaginaku. Kami lalu berciuman lagi untuk waktu
yang cukup lama.
Setelah kejadian itu, kami jadi sering melakukannya, terutama di kamarku
ketika malam hari saat orang tua sudah pergi tidur. Minggu-minggu awal,
kami melakukannya bagaikan pengantin baru, hampir tiap malam kami
bersetubuh. Bahkan dalam semalam, kami bisa melakukan sampai 4 kali.
Biasanya aku membiarkan pintu kamarku tidak terkunci, lalu sekitar jam 2
malam, adikku akan datang dan menguncinya. Lalu kami bersetubuh sampai
kelelahan.
Kini setelah aku di Bandung, kami masih selalu melakukannya jika ada
kesempatan. Kalau bukan aku yang ke Sukabumi, maka dia yang akan datang
ke Bandung untuk menyetor spermanya ke vaginaku. Saat ini aku mulai
berani menghisap sperma yang dikeluarkan oleh adikku.
- Tamat -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar